[vc_row row_type=”2″ animate=”w-animate” blox_image=”9501″ blox_bg_position=”right bottom” page_title=”page-title-x” blox_dark=”true” blox_bgcolor=”#282828″][vc_column css=”.vc_custom_1466323235150{padding-top: 8px !important;}”][distance type=”5″][distance type=”5″][distance type=”5″][/vc_column][/vc_row][vc_row row_type=”2″ animate=”w-animate” blox_bgcolor=”#ffffff”][vc_column][subtitle type=”5″ subtitle_content=”Sejarah SMAN 19 Garut”][vc_column_text css_animation=”appear” css=”.vc_custom_1475018271711{padding-top: 4px !important;padding-bottom: 8px !important;}”]

Bahwa sebelum era otonomi daerah, Bayongbong merupakan kota kewedanaan yang meliputi 3 (tiga) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Bayongbong, Kecamatan Cisurupan dan Kecamatan Cilawu. Berdirinya SMA Negeri Bayongbong merupakan cita-cita dan harapan seluruh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai faktor antara lain:

  1. Di Kecamatan Cilawu telah berdiri SMA Negeri 1 Cilawu dan di Kecamatan Cisurupan telah berdiri pula SMA Negeri 1 Cisurupan, padahal Bayongbong sebagai kota Kewedanaan termasuk kepada program pengembangan pendidikan sekolah menengah umum. Ironisnya merupakan satu-satunya kota kewedanaan yang belum memiliki SMA di Kabupaten Garut sampai tahun 2000.
  2. Secara geografis Bayongbong merupakan daerah yang sangat strategis, karena mudah dijangkau dengan sarana transportasi umum dari wilayah Kecamatan Cisurupan, Kecamatan Cilawu dan Kecamatan Samarang.
  3.  Keadaan output siswa SLTP Negeri dan MTs yang tidak tertampung di SMAN 1 Cisurupan, SMAN 1 Cikajang, SMAN 1 Cilawu dan SMAN 1 Samarang dan sekolah-sekolah di Garut Kota sangat besar jumlahnya. Hal ini disebabkan faktor ekonomi dan terbatasnya daya tampung sekolah yang bersangkutan.
  4. Rencana pendirian SMA Negeri Bayongbong sejak tahun 1983 selalu terkendala faktor tempat dan lokasi.

 

A. Berkat kerja keras panitia yang didukung Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Simpang (IPPEMSI), dan BPD Desa Mulyasari serta berbagai tokoh masyarakat yang merasa peduli terhadap pendidikan, khususnya dalam upaya pendirian SMA Negeri Bayongbong, maka pada tahun 2001 upaya pengadaan lokasi SMA Negeri Bayongbong menemukan keberhasilan dengan diizinkannya penggunaan areal bekas Pasar Simpang Bayongbong oleh Pemerintah Kabupaten Garut yang ditindaklanjuti dengan realisasi pendirian Unit Sekolah Baru (USB) melalui APBD berupa pengadaan 4 RKB, 1 unit perpustakaan dan 1 unit bangunan yang digunakan Ruang Tata Usaha, Ruang Guru, Ruang Kepala Sekolah, Gudang, WC Siswa, dan WC Guru . Pembanguna USB tersebut di awali dengan pembentengan areal sekolah.

B. Penerimaan Siswa Baru pada Tahun Pelajaran 2001/2002, 2002/2003 dan 2003/2004.

Sambil menunggu realisasi UGB SMAN 1 Bayongbong, maka setelah mendapatkan izin dari Dinas Pendidikan Kabupaten Garut pada tahun pelajaran 2001/2002 dilaksanakanlah PSB sekaligus PBM/KBM yang berafiliasi ke SMAN 1 Garut. PSB dan PBM/KBM tersebut menggunakan Gedung SLTPN 1 Bayongbong yang berlokasi di Jalan Rayon Simpang. Jumlah siswa baru kelas 1 pada tahun pelajaran 2001/2002 mencapai 164 siswa yang dibagi ke dalam 4 (empat) rombongan belajar. Pada awal Cawu III, realisasi UGB SMA Negeri 1 Bayongbong telah selesai dan langsung dimanfaatkan untuk KBM/PBM.

PSB tahun pelajaran 2002/2003 memperlihatkan perkembangan animo masayarakat yang sangat besar dengan jumlah calon siswa baru kelas 1

sebanyak 382 calon (hampir mencapai 9 kelas parallel). Semula Dinas Pendidikan Kab. Garut hanya mengizinkan menampung sebanyak 176 siswa ( 4 kelas parallel), namun desakkan masyarakat sangatlah besar, dan akhirnya diizinkan menampung sebanyak 264 siswa (sebanyak 6 kelas parallel). Hal ini tentu saja berakibat kekurangan 2 (dua) ruang belajar sekalipun dilakukan 2 (dua) shift KBM. Untuk menanggulangi keadaan tersebut, untuk sementara dengan terpaksa kami menggunakan ruang Perpustakaan yang dijadikan 2 ruang belajar. Selanjutnya BP3 / Komite Sekolah melakukan pengadaan 2 (dua) RKB secara swadaya.

PSB tahun pelajaran 2003/2004 memperlihatkan jumlah calon siswa menunjukkan kecenderungan terus meningkat dibanding pendaftar tahun 2002/2003 dengan jumlah pendaftar sebanyak 410 calon siswa kelas 1, sehingga target penerimaan siswa sebanyak 6 kelas x 44 siswa = 264 siswa tetap terpenuhi, batas nilai terendah 17,59 dan nilai tertinggi sebesar 40,66. Perhitungan nilai dilakukan dengan mengacu kepada Petunjuk PSB – 2003/2004 Dinas Pendidikan Kabupaten Garut

Nilai Seleksi = 80% x jumlah nilai Matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia ditambah 20% x jumlah nilai Pendidikan Agama, PPKn, IPA dan IPS dari Surat Tanda Kelulusan (STK) masing-masing calon siswa.

Sebagai konsekuensi dari hal tersebut PBM/KBM masih dilaksanakan dalam double shift dengan perincian kelas 2 dan 3 belajar pada shift pagi dan kelas 1 belajar pada shift siang.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]